ah, setelah sekian lama bersibuk-sibuk ria *atau menyibukan diri tepatnya haha, akhirnya sempet juga mosting disini, udah karatan ini blog ga diisi :P
teringat aku akan suatu puisi, begini bunyinya..
pada suatu siang
diujung pematang
terduduk dengan bimbang
sang caping usang
datang menghampiri
sesosok bocah kecil
tangan dengan kendi
dan juga baki
wahai nak
sang bocah kecil
duduklah dengan kakekmu
mari makan bersama
kakekmu ingin mentap bening cahya matamu..
jika suatu nanti.
kakekmu tlah pergi
siapa yang akan menanam padi?
jika suatu nanti
engkau telah dewasa
hiijaukan tanah ini
saya, ya saya.. mahasiswi fakultas pertanian, miris rasanya ketika saya
menyadari bahwa pertanian, yang namanya petani saat ini selalu di
identikan dengan kemiskinan. kenapa? ya.. kenapa?. memang kita tau bahwa
zaman sekarang tak layak lagi kehidupan para pahlawan penyelamat umat
manusia ini, selalu identik dengan kemiskinan.
Miris, ketika kulihat
semakin jarang pemuda yang mau terjun berkotor-kotor ke dalam sawah,
kebun atau lahan pertanian tepatnya, lantas kalau tak ada lagi pemuda
penerus kelak siapa yang akan jadi petani?
jangankan untuk terjun langsung, bahkan untuk masuk pertanian pun kini banyak yang enggan, hanya dengan alasan mau apa masuk pertanan? mau nyangkul?
ya, saya mencangkul, saya main tanah, dan saya bangga !
kenapa?
kita tahu bagaimana kehidupan petani saat ini, yang selalu di identikan dengan kemiskinan, kalau bukan saya, kami, siapa lagi?
kalau kita tau mereka sulit saat ini, maka kitalah yang harus berjuang mengubah paradigma masyarakat akan rendahnya derajat seorang petani.
taukah kawan,
kalau kelak pemuda hanya tertarik dengan industri, pemuda hanya tertarik dengan kantor, ruang ber AC tanpa mau berpeluh dibawah sengatan matahari, taukah.. kelak kekhawatiran puisi tadi akan terjadi, ya.. siapa yang akan menanam padi?
kenapa?
saat ini saja dengan jumah petani yang masih bertahan kita sudah seringkali impor bahan pokok, sedangkan pangan merupakan hal yang sangat urgent bagi kehidupan umat manusia, memang industri itu keren yang lain juga keren, tapi tanpa pangan, mau jadi apa kalian?
tak bisa aku bayangkan kalau kelak jumlah petani yang semakin sedikit itu tak kian bertambah, tak mampu aku bayangkan jika tak ada lagi yang mau membantu kami para pejuang pertanian, tak bisa aku bayangkan saat jumlah produksi tak lagi seiring sejalan dengan kebutuhan pangan yang akan selalu meningkat tanpa kenal kata berkurang. aku tak dapat membayangkan..
kenapa? kenapa tuhan? kenapa?